Batu adalah benda padat atau solid yang terdapat pada kaidah kekayan bumi. Banyak kita temui bebatuan di manapun tempatnya karena juga merupakan salah satu kekayaan alam.
Bisa kita tengok ke kanan atau ke kiri apapun itu, mungkin tak bisa lepas dengan yang namanya batu, jika disamping kita ada tembok, lihatlah terbuat dari apa tembok tersebut, jika kita merunduk ke lantai kihat lah dari apakah asal mula lantai tersebut, begitu juga kala kita menghadap keatas apakah kandungan isi dari atap rumah kita, yang tak lain batu juga masih mempunyai peranan utama. Banyak peranan penting elemen satu ini di kehidupan kita, khususnya dalam industri produksi pembangunan. Selain itu juga bisa bernilai sebagai ke estetisan suatu benda ataupun tempat dan masih banyak lagi produksi yang tak bisa lepas dengan batu.
Oleh karena itu, saking banyaknya manfaat batu dan kebutuhan batu untuk kehidupan pasti juga banyak pula penghasil batu tentunya. Salah satunya pemroduksinya ada di desa Melis Gandusari, dari kami menemui salah satu pecari batu pegunungan. Kami menemuinya saat dirinya mencari batu di pegunungan Gebang dengan wajahnya yang sudah lelah saat itu, dengan menahan teriknya matahari yang menyengat dan kuatnya cengkeraman tangannya memegang karung-karung yang berisikan batu. Berat bebannya sekitar 50 kg per karung yang diangkatnya satu persatu dengan cekatan ia mengangkatnya seakan ringan baginya menuju motor yang sudah disiapkan. Sungguh menggambarkan kegigihan dan keuletan dalam perjuangan kehidupan sekaligus menyadarkan tim kami akan kesemangatan dalam bekerja.
Ia banyak bercerita tentang pekerja pencari batu, yang mana dirinya merupakan satu-satunya pencari batu yang masih bertahan saat ini di Gebang Melis Gandusari. Mungkin dari menjadi satu-santunya orang yang masih menggeluti dengan alam bebatuhan ini sudah bisa dirasakan karena kerasnya pekerjaan yang tak sebanding dengan harga bebatuan. Keponakannya bercerita “dulu banyak orang yang berpenghasilan dari batu ini kemudian perlahan mereka meninggalkan alam bebatuhan serasa lebih memilih mencari pekerjaan lain yang lebih mudah”.
Dalam pencariannya batu dia tidak langsung bisa ambil batu begitu saja, karena di pegunungan ini merupakan lahan yang sudah dibuka atau lahan yang sudah mempunyai kepemilikan. Karena hal itu dia mencari batu miliknya orang yang punya lahan.
Memang bisa dikatakan pekerjaan yang berat, mulai dari harus mencongkel batu dari timbunan tanah yang dalam belum juga batu yang berukuran besar nan berat dengan terik matahari yang membakar tubuh akan menambah beratnya beban yang di jinjing. Batu batu yang besar tidak lantas terus langsung di wadahkan ke dalam karung melainkan harus dipecahi terlebih dulu dengan palu besar untuk menghasilkan ke bentuk bebatuan yang lebih kecil supaya memudahkan dan memperbanyak isinya dalam karung. Setelah batu dimasukkan kedalam karung dirinya harus membawanya turun dari gunung dengan sepeda motor yang sudah di modifikasi khusus untuk melewati tanjakan-tanjakan yang ekstream.
Dalam masalah nominal harga tidak dilihat melalui berat timbangannya melainkan liwat jumlah perkarungnya, dengan harga yang dipatok Rp. 9000 per karung. Dialah Pak mis pekerja satu-satunya di pegunungan gebang ini dengan di bantu keponakannya yang ikut meringankan pekerjaan sebagai pencari batu. Dia menekuni dunia bebatuan ini sebagai pekerjaan sampingan yang notabene ia merupakan seorang petani perkebunan. Kala bukan musim panen dan menaam baru ia menggeluti dengan alam bebatuan. Berat ? iya memang sungguh berat kalau tidak kita hadapi dengan kesenangan (kata keponakannya). Sungguh kata-kata yang mengispirasi bagi kami, yang memaknainya seberat apapun pekerjaan jika kita bisa menikmati/menyenanginya akan menjadikan ringan, begitu juga sebaliknya seringan-ringannya pekerjaan jika kita tidak bisa menikmati/ menyukainya akan jadilah sebuah beban nan beratnya pekerjaan.