Dahulu, konon sepi tanpa pengunjung dan kini menjadi lawan kata “Dahulu”.
Hingga wilayah ini menjadi wisata yang digemari, baik anak-anak maupun orang dewasa terlebih lagi ada yang berkemah terkhusus anak sekolahan.
Ini ceritaku sewaktu pertama kali berwisata di Gunung Gemblung.
Waktu itu ada yang bercerita yaitu teman satu asramaku tentang wisata di Gunung Gemblung, dia tinggal bersamaku di Pesantren Darussalam.
Pak Joyo, dia adalah senior dan juga pengurus di Pondok.
Konon, ada beberapa rumah penduduk dan air terjun, sekitar 20 rumah dan ditambah lagi ada anjing yang berkeliaran didataran tersebut.
Entah benar atau tidaknya aku tidak tau, karena waktu itu aku dan temanku tidak sampai naik ke atas.
Ya.. bisa di bilang cuman setengahnya saja, itupun sangat tinggi.
Jalan belum diperbaiki, dikarenakan masih belum banyak yang tahu wisata Gunung Gemblung ini.
Dari beberapa info warga setempat ada juga wisatawan asing yang datang ke tempat ini.
Minggu pagi, kami berdua berangkat ke Gunung Gemblung dan tak lupa berdo’a kepada Tuhan semoga diberi keselamatan dimanapun dan begitupun pulang dengan selamat tidak kurang satupun.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami mampir dirumah teman Pak Joyo yang tak jauh dari lokasi wisata, lumayan untuk mengisi stamina yang akan kita mulai lagi dengan jalan kaki ke puncak Gunung Gemblung.
Walaupun menaiki sepeda motor juga bisa akan tetapi kendaraan kami dititipkan dirumah teman Pak Joyo dan Pak Joyo berkata “Jalan kaki ajalah biar sehat, kan bisa nurunin berat badan juga”. Dengan niat dan semangat untuk refreshing kita mulai deh.
Waktu perjalanan menuju lokasi wisata, medanya becek tidak ada ojek hehehe… Canda dan tawa menghiasi hari-hari itu bersama temanku.
Alhamdulillah..
Suara-suara gemricik air terjun, burung-burung yang berkicau dengan khas, terlebi lagi sejuknya udara maupun pemandangan indah dari atas dengan tangan menengadah keatas karena kuasa Tuhan yang begitu Agung.
Kira-kira perjalanan memakan waktu 1 jam dengan jalan kaki. Tidak lupa dengan membeli minuman dingin buat menyegarkan tenggorokan yang kering karena tanjakan yang membuatku mendesah capek waktu itu.
Syukurlah kita dibawakan bekal makanan ringan oleh teman Pak Joyo, berupa kue dan lainya. Kata teman Pak Joyo,”Buat ganjal perut kalau pas lagi laper hehehe…”
Sesampainya ditempat tujuan, tak banyak pengunjung, dan hanya ada beberapa orang saja.
Canda dan tawa yang mengiang-ngiang ditelinga dan ada juga orang yang pergi ke ladang ataupun yang mencari makanan buat hewan ternak.
Tak puas dengan suasana disini, kita berdua saling berfoto satu sama lain.
Untuk mengenang masa-masa perjalanan agar dapat mengingat betapa beratnya perjalanan menuju puncak, yang terbayar dengan pemandangan indah nan mempesona.
Ada pula penjual minuman dingin, makanan dan juga rumah pohon tempat berteduh jikalau hujan maupun yang ingin istirahat dengan santainya.
Setelah itu, kita berdua bertekat untuk naik keatas Puncak Gemblung untuk melihat bagaimana indahnya suasana Trenggalek.
Bisa dibilang letih karena tanjakan yang semakin naik. Kita berdua terhenti dijembatan yang bersebelahan dengan bebatuan.
Ada aliran air yang jernih dan dingin, tak lepas itupun kita tidak melewatkan momen untuk berfoto selfi.
Beberapa menit berlalu, karena waktu yang sempit dan kita berdua tidak menyempatkan untuk pergi ke tanjakan yang paling atas.
Kitapun mengakhiri refreshing di Gunung Gemblung Semarum Durenan Trenggalek, dikarenakan masih banyak pekerjaan yang menanti di Pondok Pesantren Darussalam.
Waktu itu ada kejadian anak yang sedang bermain dan terjatuh dari ketinggian 4 meter dan mengeluarkan darah dikepalanya karena benturan.
Ada orang yang menolong yaitu Pengawas kemah anak sekolahan yang turun tangan untuk membantu dan membawa pulang kerumah anak itu.
Yaa… semoga anak tersebut bisa sehat kembali dan menjadikan suatu pelajaran bagi kita semua agar lebih berhati-hati dimanapun dan kapanpun.